Sabtu, November 21, 2009

Jangan panggil aku mbak!!!

Di sepanjang hidup aku, Nissa Amelia tidak pernah pacaran dengan pria yang umurnya lebih muda alias brondong bau kencur, malasss… Umur ku 27 tahun cari pacar harus yang serius, mapan, punya pekerjaan tetat dan umurnya harus lebih tua dari aku, biar bisa membimbing aku nantinya. Bukannya sok pilih-pilih tapi kalau menyangkut pasangan untuk seumur hidup harus lebih selektif, jangan asal pilih. Sepertinya malam minggu ini akan sedikit menyenangkan, walaupun Cuma makan di restaurant sama adik sendiri tapi cukup menghibur hatiku sekaligus bisa cuci mata, siapa tahu ada yang ganteng-ganteng enak di lihat. Sesaat aku melihat adikku langsung menyatap makanan setelah semua pesanan datang ke meja kami. Tapi tiba-tiba perhatian padanganku beralih dan langsung tertuju pada sosok cowok keren nan manis rupawan yang saat itu tidak sengaja melintas diantara pengunjung restaurant. Sebentar lagi cowok itu akan melewati mejaku. Aku menyadarai matanya pun tertuju padaku, ini dia padangan pertama yang begitu menggoda, walaupun mungkin cowok keren ini hanya numpang lewat.“Awan…” Seketika adikku berdiri menyapa cowok keren itu dan ini sungguh membuat aku terkejut.“Hey De… Apa kabar? Wah sudah lama kita ngga ketemu?” Sahut cowok yang ternyata bernama Awan dan dia teman Ade adikku sendiri.Tanpa izinku, Ade mengajak Awan bergabung dengan kami, duduk di meja yang sama denganku. Entah kenapa rasanya aku terhipnotis oleh ketampanan Awan yang sekarang duduk dihadapanku, yang senyumnya hampir membuatku pingsan.Alamak… sumpah aku mati gaya, rasanya aliran darahku membeku, aku lebih banyak tersenyum yang ku usahakan semanis mungkin dan rasanya aku lupa bagaimana cara berbicara karena mulut ini rasanya terkunci yang membuat suaraku tidak keluar tapi dalam hati terus bergumam….come to momy sweet heart. Aku ingin sesegera mungkin berada dalam pelukkan Awan, pasti nyaman sekali bersandar di dadanya yang bidang itu. Cukup Nissa!!!Awan adaalah sahabat Ade semasa kuliahnya dulu di Bandung, setelah empat bulan lulus dia di terima bekerja sebagai kontraktor di salah satu perusaan yang cukup maju di Jakarta.“Mbak Nissa kerja dimana?” Pertanyaan Awan sukses mengejutkan aku.“Ng…Ng…. Di perusahaan furniture.” Sukses juga membuatku gugup, membuatku harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan olehnya. Awan berhasil mengorek segalanya tentang aku sampai-sampai tidak aku tahu tentang dirinya. Aku terintimidasi oleh ketampanannya.Malam minggu yang menyenangkan, aku tersenyum menghempaskan tubuhku di atas kasur dan tentunya sambil membayangkan sosok Awan. Hmmmm… Ganteng banget sih, senyumnya maut booo… Tubuhnya Awan cukup atletis, tinggi badanya 180 senti meter kali ya?? Dia termasuk cowok pintar terlihat dari gaya bicaranya. Kesan pertama begitu menggoda…. Ya ampun tapi Awan kan temannya Ade, pasti umurnya lebih muda dari aku???Hatiku tidak bisa menyangkal lagi akan kehadiran Awan, dia cerdas, ganteng, sudah punya pekerjaan, taat beribadah. Ade semenjak malam aku berkenalan dengan Awan, dia terus saja berusaha menjodohkan aku dengan Awan sahabatnya dan hal itu sangat di dukung oleh kedua orang tua ku. tapi bagaimana bisa seorang Nissa Amelia jatuh cinta pada seorang brondong bau kencur, apa kata orang? Apa kata teman-teman ku? apa kata Rina sahabatku yang tahu betul aku menolak keras pacaran sama brondong! Sekarang aku sendiri jatuh cinta pada Awan. Itu tidak boleh terjadi, aku harus menghindarinya dan membuang rasa itu.Malam minggu di minggu-minggu kemudian, setelah semua telpon dan sms Awan tidak pernah aku jawab. Tiba-tiba dia sudah berada di rumahku, tepatnya di ruang keluarga sedang mengobrol dengan kedua orang tuaku, Ade dan Vita pacar adikku. Hati sebenarnya sangat ingin berada di tengah-tengah mereka tapi aku berusaha menghindar dan memilih berdiam diri di kamar.Rupanya Awan benar-benar memanfaatkan suasana seperti ini dengan meraih kesempatan untuk mengajak ku pergi makan malam atau sekedar jalan. Setelah berkali-kali aku tolak mentah-mentah, brondong bau kencur ini benar-benar gigih. Dia langsunng meminta izin pada orang tua ku untuk mengajakku.Dan disinilah aku, malam mingu di Citos dengan seorang brondong manis bau kencur.Ampun deh rasanya semua mata ABG melihatku dengan pandangan aneh, mungkin mereka pikir aku ini tante girang.Dixie tempat kami makan sambil mengobrol, tanpa kusadari aku merasakan kenyamanan saat bersama Awan walau pun hatiku sedikit was-was karena takut kepergok teman. Malam minggu sama brondong di Citos bisa malu abis deh .Sejujurnya aku tidak bisa menolak lagi. Aku memang sudah dinyatakan positif jatuh cinta pada Awan, tapi aku masih berusaha untuk menyembunyikannya serta membunuhnya perlahan-lahan. Malu sekali rasanya, ini pertama kalinya aku jatuh cinta sama cowok yang lebih muda. Aku akui sejak pertama kali bertemu Awan aku sudah merasakan ini. Tapi masa iya aku pacaran terus pacarku panggil aku ‘Mbak’ anehkan saudara-saudaara?kenapa juga aku harus jatuh cinta sama Awan? Cinta memang sulit di mengerti, cinta bisa datang kapan saja dan sama siapa saja.“Sudah selesai makannya Mbak?” Awan membuyarkan lamunanku. Tuh kan dia panggil aku Mbak lagi… “Sudah…”Awan mengajakku ke bioskop. Waktu aku berjalan ada seorang ABG tidak sengaja menabrakku dan hampir membuatku jatuh namun Awan dengan gesit menopang tuuhku hingga tidak sempat terjatuh.“Mbak Nissa tidak apa-apa?” Tanyanya khawatir.“Ngga kok.”Kami meneruskan kembali berjalan menuju bioskop tapi kini tannganku berada di dalam genggaman tangannya. Aku sendiri menikmati itu semua tanpa berkata-kata. Sesekali Awan melihatku tersenyum, saat langkah akan memasuki bioskop aku mendengar ada seseorang yang memanggil namaku. Sejenak aku mematung begitu juga dengan Awan.“Nissa…” Ragu-ragu benarkah ada yang memanggil namaku?“Nissa Amelia…” Teriak seseoranng lagi ketika aku membalikan badan aku benar-benar terkejut melihat Rina.“Nis… dari tadi aku panggil kok ngga denger sih?” Ujar Rina kesal.“Ng… Ng… Rin kok kamu di sini sih?” Tanyaku gugup. Saat itu aku dan Awan masih bergandengan tangan.“Harusnya aku yang Tanya….kenapa kamu di sini sama Awan?” Rina malah balik bertanya pada ku. Spontan aku langsung melepaskan tanganku dari tangan Awan. Ya amapun kok Rina kenal sama Awan sih?“Hei Ganteng… jadi ini putrid impian kamu?” Sahut Rina sambil tertawa kecil dan Awan tersenyum simpul.“hei juga mbak Rina..” Balas Awan.“Kalian sudah saling kenal ya?” Tanyaku ketus. Jangan-jangan Rina salah satu mantan pacar Awan?“Ya-iyalah Nis… Aku kenal Awan dari kecil…rumah kami bersebelahan alias tetanggaan….” Jelas Rina. “ Kalian pacaran ya, mesra banget pake gandengan segala.” Rina mulai meledek, seketika itu wajahku memerah mirip udang rebus.“Doa’in aja Mbak… Lagi usaha.” Celetuk Awan tiba-tiba.“Sipp… pasti aku doain plus aku dukung.” Rina cengar-cengir saat melihatku melotot ke arahnya.“Ciyeeee…Nisaa aku berani jamin brondong yang satu ini ngga akan mengecewakan…apalagi buat kamu sakit, aku kenal banget dia.” Awan tersenyum bangga mendengar ucapan Rina barusan. “ Sudah… di terima saja Nis, ngga akan menyesal.” Lanjut Rina tapi kali ini sambil berbisik di telingaku.Utntuk kesekian kalinya Rina sukses merusak malam minggu ku karena setelah pertemuan itu kami bertiga masuk ke gedung bioskop untuk nonton. Dan Rina terus saja meledek serta menyakinkan aku untuk pacaran dengan Awan.Rina menolak diantara pulang, dia memilih naik taksi, sebelum berpisah dia masih sempat membisikan sesuatu padaku.‘Maaf Niss aku merusak malam minggu mu… tapi aku yakin Awan adalah yang terbaik buat kamu… percaya sama aku.”Awan mengantarku pulang, diperjalanan aku benar-benar memikirkan perkataan Rina, kenapa setiap orang yang mengenal Awan berpendapat sama tentang dia, sebenarnya di mataku juga Awan memang baik.“Mbak Nissa… Mau nggak jadi pacar aku…. Maaf kalau ini terlalu cepat tapi aku semakin hari semakin yakin kalau aku benar-benar ingin Mbak Nisaa jadi pacarku. Aku berharap jawabannya Iya.” Aku berusaha menyembunyikan keterkejutanku. Aku diam. Apa ini yang aku harapkan dari Awan?“Tapi Wan… kamu ngga malu punya pacar yang umurnya lebih tua dari kamu?” Tiba-tiba perkataan itu keluar begitu saja dari mulutku.“Kenapa mesti malu sih?” Sahutnya lembut.“Aku kan udah tua Wan…”“Ya ampun… Mbak Nissa ini belum setua nenekku dan aku ngga ngerasa ada perbedaan umur, aku Cuma merasa jatuh cinta sama Mbak Nissa. Aku serius, aku benar-benar ingin mbak Nissa jadi pacarku.”Aku berpikir di sepanjang sisa perjalanan menuju rumah, dipemberhentian lampu merah Awan menyentuh tanganku, membuat dadaku berdegup kencang, jantungku berdebar sangat dasyat. Aku menyakini ini cinta.“Aku benar-benar mencintai mbak Nissa…” Ujarnya sambil melaju kembali mobilnya karena lampu sudah berganti hijau.Sebelum kami berpisah di dalam mobil persissnya d depan rumahku.“Aku mau jadi pacar kamu Wan…” Kalimat itu keluar dari mulut ku dan membuat Awan terkejut. “Tapi ada syaratnya…” sambungku.“Syarat apa?!” Tanyanya heran.“Jangan panggil aku Mbak!” Sahutku lalu kami salinng terdiam beberapa saat. Namun sepertinya peryataan ku barusan membuat Awan tidak bisa menahan tawanya. Aku pun ikut tertawa akhirnya. “Masa pacar ku sendiri panggil aku Mbak… kan lucu?”“Okey…okey… Mulai malam ini aku akan panggil kamu ‘sayang’… gimana?”“Gombal ahh… yang lebih kreatif dong.” Ledekku. Awan kembali menyetuh tanganku dan menarik aku hingga saling berdekatan. Aku tidak berani menengadah, aku tahu… dia pasti akan menciumku, tapi lagi-lagi aku tidak bisa menolak. Malam itu adalah pertama kalinya bibirku di sentuh oleh mahluk Tuhan yang sering aku sebut brondong bau kencur yang dulu paling aku benci tapi kini meluluhlantahkan hatiku dan aku menikmatinya dengan sepenuh rasa cinta.

Tidak ada komentar: