Senin, Juli 15, 2013

Dimana Rumah mu woel?

Pagi ini, saya ingin menulis lagi tentang Rumah.
Saya mulai kehilangan arti Rumah disaat harus kembali tinggal di Rumah kost'kostan. -- entah mungkin saya sudah melupakan arti rumah itu sendiri atau saya hanya mencari-cari rumah untuk tempat saya pulang.

Setahun kemarin. Saya menemukan tempat nyaman itu, yang mungkin layak untuk saya sebut rumah tempat saya pulang. Saya diberikan segalanya, perlindungan dan rasa percaya untuk tetap tinggal di rumah itu setahun ini.
Saya pikir, saya bisa pulang kapan pun kesana. Dimana saya bisa tertawa, menangis tapi tidak sedikitpun merasa kesepian.

Kamu yang menjadi rumah saya satu tahun ini, apakabar? Kenapa baru sekarang kamu bertanya pada saya?

" Dimana rumah mu, ini bukan tempatmu?"

Saya gelagapan ketika harus mendengar pertanyaan itu. Apakah selama ini rumah itu hanya kebohongan?atau saya di bohongi?
Rumah yang dibuat sedemikian indah tapi setelah setahun berlalu rumah itu hanya di huni oleh saya. Saya berada di rumah hampa. Sendirian.

Saya merasa di usir dari rumah yang saya anggap ada.
Dimana kamu, wahai rumah...


Saya menangis semalaman sampai seperti ada yang patah dan ambruk dari rumah yang selama ini dibangun.

Kemana saya harus pulang?


Apalagi akhir-akhir ini, ketika saya sangat sibuk sekali. Pergi lalu akan kembali ketika larut malam bahkan tidak sempat untuk pulang. Kamu hanya diam di sana. Kadang kamu kecut melihatku. Kadang kamu ingin memelukku. Saya rindu rumah saya. Saya rindu kamu. Saya ingin pulang.. 

Biasanya ada kamu memanggil manggil saya "Woel, pulanglah, tidurlah di badanku.."

Saya menulis ini. Bukan hanya itu, kamu masih ingat setahun ini kita pernah bahagia di dalam rumah yang sama.

⁠saya pikir pondasi rumah kita sudah sangat kuat untuk terus dipertahankan. ⁠

Kamu itu rumah saya, saya tidak ingin pulang ke rumah yang lain...

Tetaplah menjadi rumah saya...



-di tulis ketika hati mempertanyakan rumah mu dimana?-


~13.05~
15 juli'13

•Woel•

TELAN , BUANG LALU SIRAM. DI CLOSED ...

Dulu suka ngayal, andai punya kantong ajaib, ingin kabur dr rumah, berpetualang... :
Sekarang udaah jauh dari rumah bahkan jarang pulang, bahkan menanggung hidup sendiri, kadang cape memijat punggung sendiri yang susah dijangkau oleh tangan sendiri... Adakah yang merasakan kelelahan ini, mungkin ini bisa tertahan tapi sunyinya malam tak tertahankan menahan isak tangis menutupi rindu...
terjaga, mengingatmu dengan mata terbuka. Setelahnya, di mimpi kita bertukar cerita hanya untuk mengusir penat yang tak mampu pergi dengan sendirinya...
Sakit tiada yang tahu, menelan tanpa makanan, tersiksa namun kenikmatan itu untuk terbagi sendiri... Tiada yang tahu sunyi menimbulkan kebencian akan kesendirian... Hanya napas yang bercanda gurau dengan detak jarum jam yang terdengar nyata dikuping memekik...
Tidak boleh ada yang tahu akan sulitnya ini, bertahan demi mengatas namakan apapun...
Adakah yang bertanya, atau sekedar ingin tahu keadaan pada saat malam tiba?
Tidak ada.... Menyedihkan bukan?
Dan tertelan lagi dengan sendirinya....
Pada akhirnya akan juga bernasib sama, telan , buang lalu siram di closed.... Semudah itu hidup tak sekedar petualangan...

surat cinta untuk rasa kangen.

Hai Kangen. 

Apa kabar kamu? Aku kangen. 

Kalau dimana-dimana selalu ada kamu. Mungkinkah itu yang dinamakan kangen. Jadi hari ini bahkan baumu ada diantara lagu-lagu yang dinyanyikan. 

kangen itu semacam tangga lagu bisu tanpa lirik.

kangen itu semacam selipan-selipan bon makan. Bekas makan berdua.

kangen itu semacam kunyahan kue kering yang seret di mulut tanpa teh manis.

kangen itu semacam tiap beberapa detik selalu ngecek hape.

kangen itu seperti ingin sekali bermain hashtag di twitter. Apa daya waktu online-nya hanya sebentar.

kangen itu seperti langit tidak berbintang. Tidak segemerlap biasanya.

Aku kangen. Telepon dong. Mention please. DM juga boleh.

kangen itu seperti ingin mention. Tapi deg-degan.

****

Surat ini saya tulis kepada rasa kangen yang begitu memburu sepanjang hari ini. Siapa tahu kita sedikit lupa, apa itu rasa kangen. Ah, ini memang sengaja diambil dari hashtag twitter, supaya #nomention bisa membacanya. 

Selamat kangen.

surat cinta untuk cangkir teh

Pagi ini, saya ingin menulis kepada cangkir teh. Rupanya selama ini saya tidak peduli dengannya -- melupakannya. Maafkan saya, cangkir teh. Kamu adalah cangkir favorit saya, warnamu putih polos..

Selalu terletak di meja kecil. Samping tempat tidur saya. Isinya, sisa teh semalam dengan bekas kantong teh yang terkadang masih ada di dalamnya. Biasanya, saya hanya mengingatmu ketika ingin membuat teh baru. Setelah itu saya kembali melupakanmu.

Apalagi akhir-akhir ini, ketika saya sangat sibuk sekali. Jarang di rumah. Pergi lalu akan kembali ketika larut malam. Kamu hanya tergeletak di sana. Kadang kamu kecut melihatku. Kadang kamu ingin memelukku. 

Bahkan terkadang kamu memanggilku "Woel, santailah sedikit, sini minum teh hangat sedikit, dari badanku.."

Seperti pagi ini. Saya bangun, melirikmu. Lalu mengambilmu, mencucimu, dan menyeduh teh hangat di badanmu yang kecil itu. 

Lalu duduk di sisi tempat tidur, saya menulis ini. Bukan hanya itu, kamu masih ingat ketika saya pernah patah hati berbulan-bulan yang lalu, saya menangis sampai lupa ini hari apa. Tapi kamu di sana, setia mengamatiku, mengkomat-kamitkan sesuatu di bibirmu.

⁠⁠


"Sini Woel. Kecup saya. Minumlah saya."


-ketika hanya berteman dengan secangkir teh-

Surat cinta buat Mamah.

Mamah, masih ingat terakhir kali kita bertemu? 

Sekitar hampir 2 tahun yang lalu ketika mamah pulang ke Indonesia . Waktu itu Mamah berdiri di sana. Dengan senyum yang khas. Dahi yang sedikit berkeringat. Tapi itu tidak membuat saya undur untuk berlari dan mencium pipi. Memeluk tubuh. Mamah tidak terlalu kurus seperti ketika terakhir kali kita bertemu. Waktu itu Mamah sedang mengunjungi kakak. Dan ketika saya sampai terlambat, Mamah menunggu saya di pinggir jalan masuk. Hanya supaya memastikan saya baik dan sampai dengan selamat. 

Karena jarak yang memisahkan, kami biasanya hanya mengobrol di telepon. Mamah terkadang menelepon hanya untuk menanyakan saya sedang dimana dan bilang hati-hati pulangnya. Tidak lupa juga mengingatkan saya untuk sholat. Saya lebih tidak penting lagi menelepon hanya untuk mendengar suara Mamah...

Mamah selalu berpikir saya masih anak kecil. Padahal saya sudah dewasa dan sudah tahu apa itu jatuh cinta dan patah hati. Banyak keputusan salah yang pernah saya lakukan. Tapi Mamah tidak pernah ngejudge. Mamah selalu mendukung.

Saya suka sekali ketika Mamah memanggil saya dengan “Ade” padahal saya punya adik dan saya suka sekali memanggil dengan “Mamah dedeh”.
Kita seperti sedang pacaran kalau bertelpon. Seperti kekasih. Tapi tentu saja cinta Mamah pada saya lebih dari sekedar seorang kekasih. Begitu pun saya.

Tidak ada yang mencintaimu seperti seorang anak kecil—sampai mencintainya seperti wanita dewasa—kekasih. Hanya Mamah yang bisa melakukannya. Dan saya mencintai Mamah seperti apa? saya tidak tahu. Yang saya tahu, saya punya Mamah yang keren walaupun tanpa bantuan papah. Bagi saya mamah tak tergantikan. Kelak anak saya punya nenek yang keren. 

Mamah sedang apa? sekarang rambut saya gondrong.  


-Untuk Mamah keren dari pria terhebatku.-

Di tulis di restroom lantai 3 mom n child.

kadang

Kadang, kita harus mengesampingkan perasaan dan berusaha memahami karena terlanjur menjadi bagian dari begitu banyak posisi.

Kadang, kita juga harus menjaga, mengerti, dan memahami banyak hati, sampai kita lupa bagaimana menjaga hati kita sendiri.

Kamu tanpa sengaja memberi kekuatan untuk memahami dan menerima rumitnya perbedaan, sekaligus memberitahu bagaimana cara merayakannya.
Kamu memberi tahu bahwa perbedaan adalah perbedaan, bukan lagi konflik. Sebab itu aku bersimpuh, di sampingmu pasti ada kebahagiaan.

Dan akhirnya, sebagai perempuan yang ingin selalu dimengerti, aku menyadari bahwa kebahagiaan adalah urusanku dengan diriku sendiri.

Dan satu-satunya hubungan yang harus diperhatikan adalah hubungan antara aku dan kejujuran hatiku sendiri.
Sebab sebagian orang mencari tanpa pernah mendapati. Dan sebagian yang lain mendapat apa yang bukan ia cari.

Sesekali, aku dengan ketidaksempurnaanku, berhak mendapat kesempatan berikutnya, untuk memahami dan memperbaiki. Mungkin kamu juga begitu.
Kamu menjadi perumpamaan mengapa aku ada dan di mana aku di tempatkan. Semua porsi untukmu.

Jika aku sanggup

Disesap seteguk, terasa hangat dan manis.

Secangkir teh dipagi hari menemani sang gundah

Debar cepat dan kemarahan yang terselesaikan

Umpatan yang tertahan diujung lidah

Perasaan yang tertahan

Ujung kuku yang membeku

Lidah yang tak sanggup lagi bilang maaf

Pertahanan diri yang mulai melemah

Teringat akan sekian janji yang pernah terurai dulu

Tapi tak satupun jadi dibingkai dalam tindakan

Teringat akan manisnya kecupan setelah pertengkaran

Tapi selalu terulang dengan durasi yang mulai sering

Entah apa ini namanya

Kelelahan luar biasa

Kemarahan tertunda

Kebencian yang menganga

Seandainya aku sanggup untuk kali ini meninggalkan dia

Akan aku lakukan segera.

Segera.

Memulai hidup baru.

Itupun jika aku sanggup.

Jika aku sanggup.

Meninggalkan dia.

7 maret 2013

Ini tentang Mamah mu

Aku bercerita tentang mu pada Ibu ku..
Aku bercerita tentang perjuangan mu pada Ibu ku
Aku bercerita tentang Hidup mu pada Ibu ku
Aku bercerita tentang luka mu pada Ibu ku
Aku bercerita tentang kekuatan mu pada Ibu ku..
Aku bercerita tentang kepergian mu pada Ibu ku
Aku bercerita tentang pilihan mu pada Ibu ku
Aku bercerita tentang bertahan mu pada Ibu ku
Aku bercerita tentang laki-laki yang mengkhianati mu pada Ibu ku.
Aku bercerita pada Ibu ku bahwa aku mencintai anak laki-laki kebanggaan mu.