Minggu, Maret 02, 2014

Sabtu Jakarta sore ini...

Sabtu Jakarta sore ini.
Hasrat ingin pulang lebih cepat dari kantor tidak terbendung lagi. Aku meninggalkan ruangan yang hampir menyita seluruh waktu ku. Entah sengaja atau tidak aku tertimbun oleh kesibukan yang kuciptakan sendiri, aku bekerja seolah tak mengenal lelah…tujuh hari dalam seminggu tidak cukup untuk waktu ku bekerja.

Sabtu Jakarta sore ini.
Motor ku meluncur kearah paling ujung selatan Jakarta menuju rumah kost tempat tinggal ku di kota yang harus selalu mengutamakan realitas. Cuaca mendung malah sudah mulai gerimis, tidak ada kolaborasi paling indah antara gerimis hujan dan selimut hangat di dalam kamar. meringkuk di tempat tidur sepanjang sore bersama….sayangnya aku tidak punya siapa pun untuk berbagi di sore yang indah ini…. 

Sabtu Jakarta sore ini.
Motor ku berhenti di lampu merah fatmawati. Pikiranku mulai dipengaruhi sore yang indah ini, Aku sudah menyandang gelar ‘bupati’ alias bujang kepala tiga tapi tidak ada istri dan anak yang menungguku di rumah selepas pulang dari kerja. Ku batalkan niat untuk pulang lebih cepat, aku tidak ingin larut oleh sore yang indah ini dan membusuk sendirir di kamar kost ku. Motor ku melaju kembali, arahnya sudah tidak menuju rumah kost ku lagi.

Sabtu Jakarta sore ini.
Cinere Mall, lagi-lagi aku berada disini berada ditempat yang membosankan sekaligus menghilangkankan kebosananku. Aku berjalan sendiri mengelilingi mall tanpa tujuan, tidak ada satu pun keperluan yang ingin aku beli… Aku memasuki toko buku, beli buku lagi keluh batin ku…lama-lama semua buku yang ada di Toko buku ini pindah semua ke rak buku ku. lagi pula aku sudah tidak punya waktu banyak untuk membaca, terkadang aku membeli buku hanya untuk mengoleksinya saja.

Sabtu Jakarta sore ini.
Aku keluar dari toko buku, kaki ku melangkah lagi tapi entah mau kemana?menghubungi teman-teman untuk diajak kongkow, rasanya tidak mungkin karena mereka semua pasti sedang asyik bercengkrama dengan anak dan istri mereka. Sedangkan aku sibuk membunuh rasa sepi ku. mungkinkah aku kesepian???aku rasa aku menikmati kesendirianku. Mungkinkah aku menjadi seorang yang munafik????entah lah.

Sabtu Jakarta sore ini.
Ada bunyi sms masuk dari handphone ku. dari seorang gadis tomboy yang sudah hampir sepuluh tahun aku mengenalnya. Seratus tiga puluh bulan. Kalikan tiga puluh. Kalikan dua puluh empat. Kalikan enam puluh. Kalikan lagi enam puluh. Kalikan lagi enam puluh. Maka kamu akan mendapat angka ini : 20.217.600.000. kulit keningku mengerut melihat angka itu. Angka itulah banyaknya milisekon sejak pertama kali gadis tomboi itu jatuh cinta pada ku. Kalau di tambahkan lagi dengan sms yang pernah dikirimkannya padaku pasti angka akan lebih fantastis. Entah apa yang membuatnya bertahan menunggu laki-laki pengecut seperti aku ini.

Sabtu Jakarta sore ini.
Kenapa tidak mengajak aku bang? Kan kita bisa pergi bergerilya lagi menikmat malamnya Jakarta lebih indah toh? , begitu balasan smsnya. Sebenarnya dia selalu ingin mencuri waktu ku, menyita perhatianku. Dua mingggu yang lalu dia memintaku menemuinya, setelah berkali-kali permohonanya tidak pernah aku kabulkan entah karena kesibukanku atau ini cara ku untuk menghindarinya agar tidak tersakiti lagi oleh ku. karena aku sudah pernah mengatakan padanya bahwa aku sudah punya calon untuk kujadikan istri, dan aku tahu itu sangat menyakiti perasaannya.
Aku menemuinya karena dia bilang ada yang ingin di bicarakan denganku , lagi-lagi aku harus membuatnya menunggu karena pekerjaanku tidak bisa di tinggal. Selepas mahgrib aku baru bisa menemuinya. Aku melihatnya turun dari escalator, menghampiriku lalu mencium tanganku. Itu ritual yang selalu dilakukan olehnya setiap bertemu dan berpisah denganku. 

Sabtu Jakarta sore ini.
Kulitnya terlihat lebih coklat, mungkin ini oleh-oleh dari Padang?gadis tomboy ini baru seminggu yang lalu pulang dari tempat lokasi gempa menjadi relawan. Dia mendadak memutuskan pergi ke tanah Minang yang baru saja terkena gempa yang berkekuatan 7,6 richter dan orang yang pertama kali diberitahunya adalah aku, dia meminta pendapatku karna menurutnya kepergian dia ke Padang bukan hanya keputusan dia semata? Ada aku, orang tua, manager dan rekan sekerjanya yang harus memberi izin sekaligus memberi keputusan. Tapi dua jam kemudian dia kembali menelponku mengabariku dengan keputusanya yang sudah bulat untuk pergi ke Padang menjadi relawan trauma healing dan aku tidak pernah mencegahnya.


Sabtu Jakarta sore ini.
Gadis tomboy ini selalu saja hadir di setiap kesendirianku. Dua minggu yang lalu dia bilang itu adalah pertemuan terakhir walau pun di sisipkan kata ‘gak janji’ olehnya seraya meledek ku yang selalu saja mengatakan demikian setiap dia meminta waktu ku. malam itu kita berdua menikmati Jakarta yang terlihat lebih indah, aku seperti ingin menuruti kata-katanya saja. Sehabis makan malam aku tanyakan dia mau pergi kemana lagi maka aku akan mengantarnya… 
“ Monas…Monas… Malam ini kita ke Monas aja yach?” Katanya sambil erat memelukku dari belakang boncengan motorku.
Saat itu aku benar-benar sangat menikmati kebersamaanku dengan gadis tomboy ini, dia tak henti-hentinya melihat ke langit. Aku tahu dia pasti sedang mengamati awan, bintang dan bulan kesukaannya. Sampai tak terasa motorku melaju sampai ke kota lama, melewati museum Fatahilah…Ya museum, aku memperlambat laju motorku…gadis tomboy ini sangat suka museum dan aku pernah tidak mengabulkan permintaan dia untuk menemaninya pergi ke museum.
“ Sudah malam, museumnya sudah tutup.” Bisiknya. Kulihat senyumnya dari kaca spion.



Sabtu Jakarta sore ini.
Tujuannya Monas dan di bawah langit Monas malam itu, dia mengatakan ingin menyerah, ingin melepaskan aku karena sudah lelah tapi aku merasakan ketidakyakinan akan keputusannya itu.
“ Lepaskanlah aku gadis bodoh….aku sudah punya calon istri!!” Kataku tapi dia malah tersenyum.
“ Tolong jangan sebut aku bodoh. Sepuluh tahun aku tidak pernah berhasil menaruh hati pada pria mana pun, hanya gara-gara hatiku terpaku padamu yang tidak bisa aku miliki?” Sahutnya. senyum itu perlahan hilang karena dia menenggelamkan kepalanya di kedua lututnya.
“ Berusahalah untuk jatuh cinta dengan orang lain…. Kejarlah pria seperti kamu mengejar ku… jangan pernah bandingkan aku dengan yang lain…lakukan itu….”
‘” Sudah…sudah… aku sudah berusaha bahkan kepergianku ke Padang hanya untuk pergi jauh dari mu….melupakanmu… Aku sangat ingin melepaskan mu…dan kamu menikahlah dengan calon mu itu…aku sudah ikhlas melepaskanmu…..” aku memandang wajahnya jelas terlihat ada kesedihan di kedua bola mata gadis tomboy ini.
“ Ya lepaskan lah aku…” Pinta ku sambil menyentuh dan menggemgam tangannya. “ Lepaskan aku tapi kita masih bisa tetap seperti ini…seperti teman….” Aku memperat genggaman tanganku.
“ Seperti teman tapi mesra?!” Sahutnya tersenyum simpul sambil melepaskan genggaman tanganku….

Sabtu Jakarta sore ini.
Dia tidak pernah meminta ku untuk menemuinya lagi tapi dia tidak berhenti mencuri waktu dan menyita perhatianku lewat sms. Seperti sore yang indah ini dia menemani kesendirianku dengan caranya….Dia tidak pernah berhasil melepaskan aku….karena aku terlalu banyak tahu tentangnya. Dan aku entah sampai kapan membunuh rasa sepi ini?





Untuk pria yang membunuh sepi dengan kesendiriannya.


211109
Twul
@ Rmh Keong

Tidak ada komentar: