Senin, Februari 24, 2014

-Kabar mu dari Kelud-

-Kabar mu dari Kelud- 

 February 22, 2014 14 febuari 2014 
 Jakarta.. 22 : 56 

 Saya kabari kamu : "Gunung mu sudah Mbledoos!" Padahal kamu yang berada paling dekat dengan Kelud, sehari sebelumnya kamu bilang pada saya : "Aku juga nunggu Kelud." 

 Sesudah Kelud bikin kalud dengan empat kali letusan yang kedua yang terdasyat, semalaman saya dan kamu memiliki hati yang sama, merasakan yang sama, Susah tidur karena memikirkan hal yang sama yaitu Kelud. 
 Pikiran kita sudah sama-sama berada di pengusian, lansia, anak-anak di sekitaran Kelud. Tapi malam itu saya sama kamu cuma bisa berdoa, karena belum bisa datang ke lokasi bencana untuk bantu evakuasi atau apa pun. 

 "Mungkin senin atau selasa aku kesana." Kata mu. Tapi saya tidak bisa ke sana karena terikat oleh sistem, lalu saya bilang sama kamu : "bisakaah secepatnya kesana?." Karena rasanya hati ini terlalu gundah memikirkan Kelud. "Sangat ingin kesana." 

 Jam 3 pagi, abu vulkanik sudah sampai Surabaya. Sambil berharap semua bisa mereda dan ketika terbangun dari tidur sejenak tidak ada kabar duka dari kelud. 
 Jam 7 saya terbangun, Abu vulkanik menghujani Solo dan Jogja. Kata mu : "aku cuma tidur satu jam, ini di rumah pun hujan abu. " Saya semakin cemas plus rewel, mengingatkan ini itu. Masker pun menjadi barang langka. 
 Sedangkan hujan abu vulkanik belum juga berhenti. Pikiran semakin Kalud dan I don't know what to do?! 

 Diam-diam hati saya berharap pada mu, supaya kamu bisa segera berada di lokasi bencana, supaya melalui perantara raga mu kegundahan hati saya terobati karena ketidakmampuan saya untuk bisa berada disana dan ikut turut membantu korban bencana. Saya berusaha membantu dari jauh, tidak sebanyak apa yang kamu lakukan di sana. 
 Kepala mau pecah karena tidak mampu menahan gejolak hati yang selalu merasa apa yang saya lakukan tidak maksimal. Sampai ada yang berkali-kali mengingatkan : "Jadi, lakukan apa yang kita mampu. We can not play God and we can not play hero, just do what you can do best, the rest is up to God." 

 "Lakukan bagianmu saja, Woel. Kalau tidak ada mau bagaimana?" 


 Saya masih tetap bergerak untuk cari jalan supaya hati ini terobati. 

 Lalu kamu kasih kabar : " aku menuju lokasi bencana." Tiap harinya kabar mu lah yang mengobati hati. Hati yang terluka karena tidak bisa berbuat apa selain berdoa. 
 Biar pun kamu bilang : "aku sibuuuuukk." Saya tetap menunggu kabar mu dari lokasi bencana. 

*

Ini kabar mu dari Kelud. 

 Hari pertama 

"untuk para relawan gn.Kelud daerah Sata sampai pasar karang Waspada turunnya lahar dingin." 

"Banyak bendera partai disini bikin emosi aja" 

 Hari kedua 

 "Aku sibuuuuukkk." 
 "Masak ini,aku tidur aja 2 jam tok." 
 "Hemat batrai juga,soalnya belum ada listrik." 

 Hari ketiga 

 "Hemat baterai ini,power bank udah gak bisa.. Ini masih di lokasi tadi aku evakuasi orang jompo satu orang yang belum di evakuasi mulai meletus sampai sekarang." 

 Kata mu banyak perselisihan di lokasi bencana, semua mengatur berdasarkan pengalaman sebagai relawan. Nyaris melupakan tujuan ke lokasi bencana itu apa? Fokus membantu mereka yang terkena musibah itu yang terpenting. 
Ada banyak bendera partai berseliweran di lokasi bencana yang bikin muak, seolah kalimat tinggalkan bendera kalian untuk kemanusian hanyalah omong kosong. Tujuannya sama yaitu hanya menjalankan tugas kemanusian dengan penuh kesadaran. Urusan kemanusian adalah urusan hati. 
 Kalau tidak siap, jangan berangkat jadi Relawan di lokasi bencana. 

 Cerita mu tentang media pun sangat miris, media membuat berita soal Kelud sedramatis mungkin, bahkan cenderung seperti 'sinetron' kata mu. Tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Entah kepentingan media itu sendiri apa? Yang jelas itu membuat mu jengkel. Banyak titik bantuan yang tidak tersampaikan mengendap dan menumpuk di pos karena alasan birokrasi. 

 Sampai akhirnya kamu menemukan seorang nenek berusia 80 tahun ke atas, bersama seorang cucu berusia 10 tahun. Mereka berdua ditinggal ke pengungsian oleh keluarganya. 6 hari bertahan di rumah setelah letusan Kelud. Kamu mengevakuasi nenek itu dan membawanya ke Rumah sakit terdekat. Itu pun menimbulkan perguncingan antara relawan lain dengan mu. 

 Mendapatkan hal baru bahwa mencari rekan untuk berangkat menjadi relawan itu jauh lebih susah daripada melawan badai terburuk sekalipun. 


19 feb 14 

"Aku udah di rumah ini." 


Sekian kabar mu dari Kelud. 


Dari saya yang diam-diam hatinya ikut dengan mu berjuang demi kemanusian, semoga kamu mendapat pahala tak terbatas. 

Terima kasih sudah meredakan. 


 -Woel- 

 22 feb 14 

  RmH keOnG

Tidak ada komentar: