Senin, Juli 15, 2013

Surat cinta buat Mamah.

Mamah, masih ingat terakhir kali kita bertemu? 

Sekitar hampir 2 tahun yang lalu ketika mamah pulang ke Indonesia . Waktu itu Mamah berdiri di sana. Dengan senyum yang khas. Dahi yang sedikit berkeringat. Tapi itu tidak membuat saya undur untuk berlari dan mencium pipi. Memeluk tubuh. Mamah tidak terlalu kurus seperti ketika terakhir kali kita bertemu. Waktu itu Mamah sedang mengunjungi kakak. Dan ketika saya sampai terlambat, Mamah menunggu saya di pinggir jalan masuk. Hanya supaya memastikan saya baik dan sampai dengan selamat. 

Karena jarak yang memisahkan, kami biasanya hanya mengobrol di telepon. Mamah terkadang menelepon hanya untuk menanyakan saya sedang dimana dan bilang hati-hati pulangnya. Tidak lupa juga mengingatkan saya untuk sholat. Saya lebih tidak penting lagi menelepon hanya untuk mendengar suara Mamah...

Mamah selalu berpikir saya masih anak kecil. Padahal saya sudah dewasa dan sudah tahu apa itu jatuh cinta dan patah hati. Banyak keputusan salah yang pernah saya lakukan. Tapi Mamah tidak pernah ngejudge. Mamah selalu mendukung.

Saya suka sekali ketika Mamah memanggil saya dengan “Ade” padahal saya punya adik dan saya suka sekali memanggil dengan “Mamah dedeh”.
Kita seperti sedang pacaran kalau bertelpon. Seperti kekasih. Tapi tentu saja cinta Mamah pada saya lebih dari sekedar seorang kekasih. Begitu pun saya.

Tidak ada yang mencintaimu seperti seorang anak kecil—sampai mencintainya seperti wanita dewasa—kekasih. Hanya Mamah yang bisa melakukannya. Dan saya mencintai Mamah seperti apa? saya tidak tahu. Yang saya tahu, saya punya Mamah yang keren walaupun tanpa bantuan papah. Bagi saya mamah tak tergantikan. Kelak anak saya punya nenek yang keren. 

Mamah sedang apa? sekarang rambut saya gondrong.  


-Untuk Mamah keren dari pria terhebatku.-

Di tulis di restroom lantai 3 mom n child.

Tidak ada komentar: